Banyak orang salah dalam mengartikan kata Sabar. Kata sabar seringkali diartikan pasrah dan tidak berbuat apa-apa. Ditambah lagi dengan teknologi yang membuat hampir segalanya serba instant sehingga manusia ingin segalanya serba cepat. Sabar adalah kombinasi rasa syukur, optimisme dan kegigihan. Rasa syukur akan membuat manusia mampu mengambil hikmah dari kejadian buruk yang menimpanya. Optimisme akan membuat orang yang tertimpa musibah atau hal buruk tidak kehilangan harapan dan kegigihan akan membuatnya terus berjuang memperbaiki keadaan.
Sabar merupakan komponen wajib dalam membentuk karakter manusia. Karakter tidak bisa dibentuk dengan cepat dan mudah, harus melalui proses panjang yang seringkali tidak mudah. Nabi saw. Bersabda : Barang siapa ditimpa musibah lalu membaca: Inna lillahi wa inna ilahi raaji’un” seperti yang diperintahkan Allah, dan berdoa : Ya Allah berilah pahala bagiku, dalam musibah ini, dan gantilah yang lebih baik, maka Allah memberinya (yang lebih baik). Umi Salamah berkata: lalu ketika Abu Salamah (suaminya) meninggal Aku baca doa tersebut, tetapi teringat siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah, tahu-tahu Allah menggantikannya, Nabi Muhammad SAW uang mengawininya. Memukul paha sewaktu ditimpa musibah, menggugurkan pahalana, dan yang dianggap sabar adalah pada pukulan pertama (mengekangnya), sedang besarnya pahala sesuai dengan besar kecilnya musibah, dan yang membaca “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un”, Allah pasti menambah pahala baru, seperti saat terjadinya musibah”. (HR. Shalim Muhammad dengan sanadnya Annas bin Malik).
“Jadikanlah shabar dan shalat sebagai penolongmu………” (Al-baqarah: 45)